Jumat, 15 April 2011

Hakikat Bahasa


Hakikat Bahasa


1. Sapir (1921) dalam A. Chaedar Alwasilah (1990) bahwa bahasa adalah
“A purely human and non-instinctive method of communicating ideas, emotions, and desires, by means of a system of voluntarily produced symbols.”
Dalam batasan tersebut ada lima butir terpenting yaitu bahwa bahasa itu:
a. Manusiawi
Hanya manusialah yang memiliki sistem simbol untuk berkomunikasi. Betul bahwa hewan seperti binatang pun berkomunikasi, dan mempunyai sistem bunyi, tetapi sistem itu bukanlah kata-kata. Dengan demikian mereka tidak memiliki bahasa. Manusia telah berbahasa sejak dini sejarahnya, dan perkembangan bahasanya inilah yang membedakan manusia dari makhluk lain; hingga membuat dirinya mampu berpikir.
b. Dipelajari
Manusia ketika lahir tidak langsung lalu mampu berbicara. anak yang tidak mempunyai kontak dengan orang lain yang berbahasa seperti dirinya sendiri akan mengembangkan bahasanya sendiri untuk memenuhi hasrat komunikasinya. Namun bahasa tidaklah ada artinya bila hanya untuk diri sendiri. Paling tidak haruslah ada dua orang, supaya ada proses komunikasi. Betul bahwa seseorang bisa berkomunikasi pada dirinya, namun untuk komunikasi seperti ini tidak perlu kata-kata.
c. Sistem
Bahasa memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya. Perangkat inilah yang menentukan struktur apa yang diucapkannya. Struktur ini disebut grammar. Bagaimanapun primitifnya suatu masyarakat penutur bahasa, bahasanya itu sendiri bekerja menurut seperangkat aturan yang teratur. Kenyataan bahwa bahasa sebagai sistem adalah persoalan pemakaian (usage); bukan ditentukan oleh panitia atau lembaga perumus. Aturan ini dibuat dan diubah oleh cara orang-orang yang menggunakannya. Aturan ini ada karena para penuturnya menggunakan bahasa dalam cara tertentu dan tidak dalam cara lain. Dan karena ada kesepakatan umum tentang aturan ini maka orang menggunakan bahasa dalam cara tertentu yang memiliki arti. Dikarenakan ada kesepakatan inilah maka kita bisa mempelajari dan mangajarkan bahasa apa saja.




d. Arbitrer
Bahwa bahasa mempergunakan bunyi-bunyi tertentu dan disusun dalam cara tertentu pula adalah secara kebetulan saja. Orang-orang melambangkan satu kata saja untuk melambangkan satu benda, misalnya kata kuda ditujukan hanyalah untuk binatang berkaki empat tertentu karena orang lain berbuat demikian. Demikian pula kalimat berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Dalam bahasa Latin kata kerja cenderung menempati posisi akhir, dalam bahasa Perancis kata sifat diletakkan setelah kata benda seperti halnya bahasa Indonesia. Ini adalah semua karena kebetulan saja.
e. Simbolik
Bahasa terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti. Kita bisa menggunakan simbol-simbol ini untuk berkomunikasi sesama manusia karena manusia sama-sama memiliki perasaan, gagasan, dan keinginan. Dengan demikian kita menerjemahkan orang lain atas acuan pada pengalaman diri sendiri. Kalau kita mengerti ujaran orang yang berkata, “Saya lapar”, ini karena kita pun biasa mengalami peristiwa lapar itu.
Sistem bahasa apapun memungkinkan kita membicarakan sesuatu walau tidak ada di lingkungan kita. Kita pun bisa membicarakan sesuatu peristiwa yang sudah terjadi atau yang akan terjadi. Ini dimungkinkan karena bahasa memiliki daya simbolik, untuk membicarakan konsep apapun juga. Ini pulalah yang memungkinkan manusia memiliki daya penalaran (reasoning).
Demikianlah lima butir hakikat bahasa manusia sebagai alat untuk berkomunikasi dan mencirikan dirinya serta membedakannya dari makhluk lain.

2. Harimurti Kridalaksana (1983)
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikaskan diri.
Dari definisi tersebut dapat diuraikan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa, antara lain: (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
3. A. S. Hornby (1996) Oxford Advanced Learner’s Dictionary
Language: the system of sounds and word used by humans to express their thoughts and fillings.
4. Ensiklopedi Indonesia Volume 1, Pimred Umum: Hasan Shadily, Penerbit: PT Ichtiar Baru-van Hoeve Jakarta
Bahasa (bah. Sanskerta: bhasa)
Kumpulan kata dan aturannya yang tetap di dalam menggabungkannya berupa kalimat. Merupakan sistem bunyi yang melambangkan pengertian-pengertian tertentu. Bahasa yang hidup senantiasa berkembang karena perubahan-perubahan bunyi dan bentuk kata serta makna-makna kata. Kata-kata yang bunyi dan bentuknya berubah artinya tetap misalnya baharu menjadi baru, afsun(a) menjadi pesona, marapati menjadi merpati, soldadu menjadi serdadu, dan sebagainya sedangkan artinya tetap. Sebaliknya yang bunyinya tetap artinya berubah umpamanya budak yang dalam bahasa Melayu (dan Sunda) berarti anak-anak di dalam bahasa Indonesia berarti abid (abdi) atau budak belian; menggonggong sekarang di dalam bahasa Indonesia berarti menyalak. Nyonya dan nona yang dulu hanya dipakai untuk wanita-wanita Eropa dan Tionghoa sekarang secara umum digunakan untuk setiap wanita yang masing-masing telah dan belum kawin. Sebagian kosakata menjadi usang dan mati, lainnya timbul menggantikan; beberapa bentuk tatabahasa berubah, tetapi secara kekeluruhan bahasa sebagai suatu sistem komunikasi sosial mempertahankan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Perubahan bahasa selalu berlangsung dengan perlahan-lahan dan berangsur-angsur baik mengenai kosakata maupun tatabahasanya. Secara umum bahasa tidak bergantung kepada susunan masyarakat. Perubahan struktur sosial dan ekonomi sedikit saja pengaruhnya kepada perkembangan bahasa. Umpamanya bahasa Jepang dari zaman Samurai yang berdasarkan kekuasaan feodal, kasta militer, kebudayaan pedesaan, dan ekonomi pertanian tak seberapa berbeda dengan bahasa Jepang sekarang dengan kekuasaan kaum bangkir dan industrialis, ekonomi industrial dan kebudayaan kota. Bahasa Arab dari zaman jahilliyyah pra-Islam tak banyak berbeda dengan bahasa masyarakat Arab sekarang yang industri minyaknya sangat berkembang.
5. Stephen Ullmam (1977) Semantics An Introduction to the Science of Meaning
(1) Language is a vehicle of communication. Language is code.
(2) Language exists in a potential state.
(3) Language is a social institution
(4) Language is fixed.
(5) Language is slow moving.
(6) Language is purely psychological.